Senin, 15 Maret 2010

Dibangun, Kota Pariwisata Baru di Pulau Samosir Sumut

Pulau Samosir tampaknya akan semakin memikat turisme. Investor asal Singapura Trans Continental Resources Pte Ltd (TCR) berniat membangun kota pariwisata baru di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut).

Pembangunan kota dengan mengutamakan keaslian alam dan budaya tersebut akan dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun dengan anggaran investasi tahap awal 100 juta dolar Singapura atau sebesar Rp 600 miliar.

Rencana pembangunan kota pariwisata baru di Pulau Samosir ini diutarakan President Director Trans Continental Resources Pte Ltd (TCR) Singapura, Umar Salleh sebelum penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara Pemkab Samosir dengan TCR Singapura tentang Percepatan Pembangunan di Kabupaten Samosir di di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (5/1/2006).

Menurut Umar Salleh, pihaknya akan membangun infrastruktur guna mendukung pariwisata yang berada di lima lapisan yakni di daerah perairan, pesisir, lereng gunung, dataran rendah, dan dataran tinggi.

Lokasi pembangunan kota baru pariwisata tersebut berada di 17 lokasi, di antaranya di daerah Lumban untuk membangun bandar udara dengan landasan pacu sepanjang 2.500 meter dengan total investasi US$ 20 juta.

"Bandara ini nantinya bisa diterbangi pesawat berbadan besar seperti Boeing 737 dan Air Bus 320," ujar Umar.

Di belakang bandara yang ditargetkan selesai pembangunannya dalam dua tahun ke depan, juga akan dibangun pelabuhan kapal yang akan menghubungkan Pulau Samosir dengan objek wisata lainnya seperti Parapat dan Muara.

Rencananya di pesisir danau akan dibangun resor, villa yang persis di atas air dan dapat menikmati keindahan Danau Toba. Di lereng bukit juga akan dibangun resor, lokasi pembuatan kerajinan tangan, restoran dan lapangan golf.

Di dataran rendah akan dibangun hotel bertaraf internasional, spesial hospital, institut pariwisata guna mendorong industri pariwisata, dan institut penelitian alam.

Investor juga akan memperbaiki infrastruktur jalan yang saat ini kondisinya kurang baik yakni tiga jenis jalan yang pertama jalan besar yang diperuntukkan untuk transportasi angkutan besar seperti bus.

Kedua, pembangunan jalan lebih kecil yang diperuntukkan alat transportasi sado, becak. Ketiga, jalan lebih kasar untuk perjalanan menggunakan kuda atau lebih cenderung untuk berwisata alam dan santai.

Menurut Umar Salleh, pihaknya membangun kota baru pariwista di Pulau Samosir dengan pola melestarikan warisan, menghidupkan dan meningkatkan keindahan alam, budaya, dan gaya hidup masyarakat.

Bahkan, perkampungan dengan rumah adatnya akan tetap dilestarikan karena keindahan dan keunikan Pulau Samosir yang akan di jual kepada wisatawan.

Umar Salleh mengakui, setelah penandatangan MoU, pihaknya akan menyelesaikan master plan sekaligus bersamaan dengan pembangunan bandara.

Soalnya, katanya, tanpa pembangunan bandara investor tidak akan mau menanamkan modalnya dan tidak mau berkunjung ke Pulau Samosir yang memiliki danau terbesar di dunia tersebut.

Berkaitan dengan MoU itu, Bupati Samosir Mangindar Simbolon menyatakan untuk menindaklanjuti rencana ini, pihaknya akan merancang master plan atau tata ruang untuk kebutuhan pembangunan jangka menengah. Orientasinya menjadikan Pulau Samosir menjadi kota pariwisata pada 2010.

"Perencanaan yang dibuat investor untuk membangun kota pariwisata ini akan disesuaikan dengan master plan yang dibuat Pemkab Samosir karena tidak jauh beda," ujar Mangindar.

Mangindar meyakinkan kelembagaan pemerintahan Pemkab Samosir sudah siap, tetapi dari 17 lokasi pembangunan tersebut ada lahan pemukiman, persawahan dan kuburan.

"Jadi untuk membebaskan lahannya perlu dilakukan penyelesaian melalui pendekatan sosial," ujarnya. (ddn)

Sumber: Khairul Ikhwan - detikcom

Tidak ada komentar: