Minggu, 16 Mei 2010

Banjir Bandang Landa Samosir, Sekeluarga Hilang Terseret Banjir

Posted in Berita Utama by Redaksi on April 30th, 2010

diterjang
Samosir (SIB)
Banjir bandang menerjang dua desa di Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir, Kamis (29/4), sekira pukul 20.30 WIB. Di Desa Buntu Mauli Rassang Bosi tujuh rumah warga rusak parah diterjang banjir yang membawa bebatuan dan balok kayu. Lebih tragis, di Desa Sabulan, Lidya Tamba (48) beserta empat anaknya terseret banjir berikut rumah dan seisinya.
Marsaulina Situmorang (15) ditemukan penduduk sekitar sudah meregang nyawa di antara tumpukan bongkahan kayu sekira 300 M dari lokasi rumahnya. Sedangkan ibu korban, Lidya Tamba bersama tiga anaknya Samuel Ando (10), Pegang Hasudungan Situmorang (7), Marintan Situmorang (4) sampai saat ini dinyatakan hilang. Kuat dugaan keempat korban banjir bandang itu tertimbun di bawah bongkahan kayu dan batu yang dibawa banjir.
Satu korban terseret banjir, Halasan Tua Situmorang (13), berhasil selamat dari banjir bandang. Namun, korban dalam keadaan kritis dan segera dilarikan warga ke rumah sakit terdekat. Kakak korban, Juanda Situmorang (17) selamat dari amukan banjir karena tidak berada di rumah saat peristiwa naas itu.
Dari pantauan wartawan, di Buntu Mauli terlihat enam rumah rusak berat dan satu rusak ringan. Warga setempat masih terlihat cemas sembari berupaya menyelamatkan harta bendanya dibantu aparat dari TNI, Kepolisian dan instansi Pemkab Samosir.
Di Desa Sabulan, pencarian korban hilang terus dilakukan di tiga titik lokasi sepanjang sungai Sabulan. Tepat di jembatan, terlihat ketua DPRD Samosir Tongam Sitinjak, Sarochel Tamba, Kadis Kehutanan Rakhman Naibaho dibantu anggota TNI dan warga setempat terus membongkar bongkahan kayu dan batu besar dengan cara manual.
Camat Sitio-tio Mangihut Situmeang kepada wartawan mengatakan, pencarian korban hilang masih terus dilakukan. Namun diakui, pencarian korban sulit karena masih dilakukan sangat sederhana. Ditanya terkait banjir bandang dengan adanya pembalakan liar di hulu sungai, dia belum dapat memastikan.
Saya belum dapat pastikan karena belum melakukan monitoring. Namun saya tidak menyangkal kemungkinan ada atau tidak penebangan liar di sekitar hulu sungai. Sekarang ini masih fokus pada pencarian korban. Bantuan dari tim SAR Propinsi sudah dalam perjalanan kemari, jawab Mangihut.
Suara Banjir Seperti Suara Guruh
Warga sekitar rumah korban terseret banjir bandang di Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio mengaku, saat banjir bandang datang diawali suara kuat seperti suara guruh. Suasana mencekam menyelimuti mereka di tengah derasnya hujan malam itu. Kondisi semakin diperburuk dengan padamnya aliran listrik.
Saya juga merasakan rumah kami goyang dan suara begitu kuat datang dari hulu sungai. Saya tidak tahu harus kemana karena saat itu hujan deras dan lampu mati. Saya hanya bisa berdoa dan tidak berani bergerak kemanapun, ujar salah satu Ibu boru Situmorang kepada wartawan.
Pemkab Samosir Beri Bantuan, PT TPL Bantu Rp 40 Juta
Pasca banjir bandang di Kecamatan Sitio-tio, bantuan mulai terlihat mengalir ke Desa Sabulan dan Buntu Mauli. Bantuan berupa sembako dari Pemkab Samosir terlihat diangkut kapal ke dua desa.
Setelah mendapat laporan banjir, beberapa pejabat malam itu juga langsung turun melihat kondisi sebenarnya. Saya baru tiba di lokasi setelah pukul 10.30 WIB, ujar Kabag Humas Pemkab Samosir Gomgom Naibaho. Sekira pukul 12.00, rombongan pejabat teras Pemkab Samosir mulai terlihat di Desa Sabulan. Di antaranya Sekdakab Tigor Simbolon dan jajarannya didampingi Istri Bupati Samosir Ny Artha Simbolon Br Sitinjak. Bantuan kemanusiaan juga secara spontan mengalir dari PT TPL. Perusahaan pulp itu memberikan bantuan beras, minyak goreng, gula, mie instan dan juga selimut satu bal.
“Kami langsung diperintahkan pimpinan untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan ini. Totalnya sekira Rp 40 juta. Jika kemungkinan di lokasi masih diperlukan bentuk bantuan lain yang mungkin dapat kami berikan akan kami usahakan,” ujar Sangkan Tampubolon didampingi tim kehumasan TPL seperti Padmin Malau dan Batman Ritonga.
Ditanya kaitan banjir bandang dengan operasional PT TPL di hulu sungai, mereka tidak langsung membela diri. Mereka mengakui di hulu sungai itu memang ada lahan konsesi perusahaan namun sudah tidak ada kegiatan operasi sejak 2008.
Jika ditarik garis lurus, jaraknya sekira 15 Km ke lokasi konsensi perusahaan. Bahkan RKT perusahaan terakhir di sana sejak 2008 lalu. Jadi sejak itu tidak ada lagi penebangan oleh perusahaan, jelas Sangkan.
Ditanya apakah lokasi hutan yang berada di atas Desa Sabulan masih wilayah Pemkab Samosir, sesuai peta mereka wilayah itu bagian dari Kabupaten Humbang Hasundutan yang berbatasan dengan Kecamatan Sitio-tio.
Hal tidak berbeda dikatakan anggota DPRDSU Oloan Simbolon. Dia mengakui, daerah tepat di atas Desa Sabulan dan Buntu Mauli secara hukum sampai saat ini masih belum pasti masuk wilayah Samosir atau Humbahas.
Jadi jika ditanya apakah ada penggundulan hutan di sana dan siapa yang bertanggung jawab, kita harus cari kemana? Kalau kita bilang Humbahas atau Samosir mana dasar hukumnya. Persoalan tapal batas yang belum tuntas kedua daerah itu seharusnya segera diselesaikan. Kepada warga Samosir saya berharap berfokuslah memberikan bantuan semampunya kepada korban. Jangan mau dipolitisir oleh oknum-oknum tertentu terlebih menjelang Pemilukada Samosir. Kita sedang berduka, duka yang dalam, terang Oloan Simbolon.
DPRDSU Desak Gubsu Salurkan Bantuan dan Obat
Kalangan DPRD Sumut mendesak Gubsu H Syamsul Arifin SE segera menyalurkan bantuan, berupa bahan makanan maupun obat-obatan terhadap korban banjir bandang di Desa Buntu Mauli dan Desa Sabulan Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir yang mengakibatkan 1 orang warga tewas, 4 orang hanyut ke Danau Toba serta menghancurkan 7 rumah penduduk.
Desakan itu dilontarkan anggota Komisi A DPRD Sumut yang juga anggota dewan Dapil (daerah pemilihan) VIII Wilayah Tapanuli Oloan Simbolon, ST didampingi Asisten I Pemerintahan Pemkab Samosir Drs Ombang Siboro MSi kepada wartawan, Jumat (30/4) di DPRD Sumut menanggapi bencana alam banjir bandang di Kabupaten Samosir.
“Gubsu harus sesegera mungkin menyalurkan bantuan terhadap masyarakat korban banjir bandang di Samosir, baik berupa makanan, obat-obatan, tim SAR guna mencari korban yang hanyut ke Danau Toba, maupun tim medis, demi membantu masyarakat yang sedang ditimpa musibah,” ujar Oloan Simbolon sembari mengungkapkan kesedihan dan keprihatinannya.
Dalam kesempatan itu, Oloan yang juga Ketua DPD PPD (Partai Persatuan Daerah) Sumut ini juga terus bergerak cepat melakukan penggalangan bantuan bagi masyarakat Samosir, dengan mengetuk hati seluruh anggota DPRD Sumut sekaligus berkordinasi dengan pimpinan dewan maupun fraksi agar setiap anggota dewan dipotong honornya pada bulan Mei Rp500.000/orang.
“Memang sudah menjadi kebiasaan bagi anggota DPRD Sumut, setiap ada bencana alam yang menimpa masyarakat, diberikan bantuan ala kadarnya yang dipotong dari honor anggota dewan itu sendiri. Hal ini juga telah dilakukan ketika terjadi bencana alam di Madina maupun Kabupaten Dairi,” tegas anggota F-PPRN ini.
Diakui Oloan, terjadinya bencana alam banjir bandang di Samosir, tidak terlepas dari adanya aksi perambahan kawasan hutan di atas bukit di kedua desa (Desa Buntu Mauli dan Desa Sabulan) yang dilakukan oleh oknum masyarakat, sehingga ketika hujan turun, struktur tanah menjadi labil dan tidak tahan lagi menahan genangan air.
“Yang menjadi persoalan sekarang, lokasi kawasan bencana alam ini tidak jelas apakah masuk wilayah Kabupaten Samosir maupun Kabupaten Humbang Hasundutan, sebab tapal batas kedua wilayah ini hingga kini belum jelas. Karena itu, kita minta Pempropsu segera turun tangan menuntaskan soal tata ruang kedua kabupaten dimaksud,” jelasnya.
Mantan Wakil Ketua DPRD Samosir ini juga mengimbau kepada masyarakat Samosir agar jangan mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang ingin memanfaatkan situasi dengan menghembuskan berbagai macam isu negatif untuk mencari keuntungan pribadi maupun golongan di saat masyarakat sedang berduka atau biasa disebut memancing di air keruh.
“Masyarakat jangan percaya, isu-isu yang menyatakan bahwa terjadinya bencana alam di Samosir diakibatkan oleh pengusaha HPH (hak pengusahaan hutan) di kawasan hutan Register 41 Blok Sitonggi-tonggi. Itu tidak benar, tidak ada kaitannya hutan Register 41 Blok Sitonggi-tonggi dengan bencana di Desa Buntu Mauli dan Sabulan, karena lokasinya sangat berjauhan dan bukan satu bukit,” tegas Oloan.
Dishut Teliti Lokasi Banjir
Sementara itu Kadis Kehutanan Pempropsu Sumut Ir JB Siringoringo setibanya dari Jakarta yang dihubungi SIB melalui telepon terkait banjir tersebut mengatakan, begitu mendengar kabar banjir bandang tersebut pihaknya langsung meneliti lokasi terjadinya banjir dan daerah sungai di

Tidak ada komentar: